Pembahasan
Berdasarkan gambar yang dikemukakan Rogers, tingkat keinovatifan suatu masyarakat terhadap inovasi menghasilkan lima kategori adopter atau pengguna suatu inovasi yakni:
gambar 1 |
1. Inovator adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal (early adopter ). Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.
3. Mayoritas awal (early majority). Kategori pengadopsi seperti ini akan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting untuk menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir (late majority). Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.
5. Lamban (laggard). Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Saat kelompok ini mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
Lalu bagaimana sebenarnya hubungan antara innovativeness dengan kategori adopter yang digambarkan di atas? Menurut saya sesuai dengan penjelasan innovativeness adalah tingkat penggunaan oleh masyarakat terhadap suatu inovasi yang muncul, maka berdasarkan elemen difusi inovasi terkait dengan jangka waktu akan muncul-lah lima kategori adopter yang telah dipaparkan di atas. Kemudian apa yang membuat adanya kelima kategori tersbut muncul? Kelima kategori adopter muncul karena adanya karakteristik inovasi berupa Keuntungan relative (advantages), Kompatibel (compatibility), kompleksitas (complexity), Trialabilitas (trialability), dan Dapat diamati (observability).
Jadi hubungannya dapat dilustrasikan seperti berikut:
a. Apabila inovasi tersebut bisa menguntungkan bagi penggunanya maka tingkat innovativeness nya tinggi dan waktu pengadopsiannya cepat sehingga termasuk ke dalam kategori early adopter, majority adopter atau bahkan bisa termasuk ke dalam kategori innovator apabila bisa menghasilkan keuntungan khusus bagi dirinya sebagai pencipta. Namun sebaliknya, jika inovasi tersebut tidak terlalu memberikan keuntungan maka memerlukan waktu lama dalam menggunakan adopsi tersebut sehingga termasuk ke dalam kategori late majority atau bahkan laggard.
b. Apabila inovasi tersebut sesuai (kompatibel) bagi penggunanya maka tingkat innovativeness nya tinggi dan waktu pengadopsiannya cepat sehingga termasuk ke dalam kategori early adopter, majority adopter atau bahkan bisa termasuk ke dalam kategori innovator apabila inovasi tersbut benar-benar sesuai dengan dirinya sebagai inovator. Namun sebaliknya, jika inovasi tersebut tidak terlalu sesuai dengan apa yang dibutuhkan maka memerlukan waktu lama dalam menggunakan adopsi tersebut sehingga termasuk ke dalam kategori late majority atau bahkan laggard.
c. Apabila kompleksitas dan trialibilitas inovasi tersebut mudah dipahami dan dicoba oleh penggunanya maka tingkat innovativeness nya tinggi dan waktu pengadopsiannya cepat sehingga termasuk ke dalam kategori early adopter, majority adopter atau bahkan bisa termasuk ke dalam kategori innovator. Namun sebaliknya, jika inovasi tersebut sulit untuk dipahami dan dicoba maka memerlukan waktu lama dalam menggunakan adopsi tersebut sehingga termasuk ke dalam kategori late majority atau bahkan laggard.
d. Apabila observability suatu inovasi mudah diamati oleh penggunanya maka tingkat innovativeness nya tinggi dan waktu pengadopsiannya cepat sehingga termasuk ke dalam kategori early adopter, majority adopter atau bahkan bisa termasuk ke dalam kategori innovator. Namun sebaliknya, jika inovasi tersebut sulit untuk diamati maka memerlukan waktu lama dalam menggunakan adopsi tersebut sehingga termasuk ke dalam kategori late majority atau bahkan laggard.
Hasil Survey
Kemudian pertanyaan selanjutnya, sebagai lulusan teknologi pendidikan nantinya termasuk ke dalam kategori yang mana? Pertanyaan ini dijadikan suatu alat instrument untuk pendataan beragam jenis jawaban yang ada. Berikut ini adalah hasil survey yang dilakukan.
gambar 2 |
Berdasarkan data di atas mahasiswa cenderung menjawab sebagai teknolog pendidikan nantinya harus berposisi sebagai innovator dengan jumlah 26 orang. Disusul dengan jawaban Early adopter dan antara innovator dan Early Adopter masing-masing berjumlah 1 orang.
gambar 3 dan gambar 4 |
Berdasarkan klasifikasi jenis alasan yang diberikan mahasiswa terdapat lima jenis jawaban sebagai innovator dan masing-masing satu jenis alasan yang diberikan sebagai Early Adopter dan antara Early adopter dengan Innovator. Berikut ini adalah klasifikasi nya:
- Inn 1: TP mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam memfasilitasi belajar.
- Inn 2: TP terus mengembangkan ide dan gagasan baru dlm menghadapi tuntutan zaman serta sebagai agent of change yang mampu mendistribusikan inovasi dengan tepat.
- Inn 3: mampu menciptakan dan memberikan inovasi yang baru sebagai solusi fasilitas belajar.
- Inn 4: melahirkan benih atau sikap sebagai innovator dan atau memperhatikan variabel lain pula.
- Inn 5: mencari gagasan baru dan mampu mengaitkan dengan sistem sosial.
- Early Adopter: merasakan tidak ada efek samping dahulu yg merugikan
- Antara Inn & EA: mudah bosan dengan nilai yang baku
Kesimpulan
Berdasarkan pendataan yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap nantinya sebagai lulusan teknologi pendidikan berposisi sebagai innovator dengan jumlah sebanyak 26 orang dengan alasan yang cukup beragam, tetapi dapat ditarik secara umum bahwa sebagai teknolog pendidikan nantinya harus mampu menciptakan dan memberikan inovasi yang baru sebagai fasilitas belajar. yang menarik adalah ada nya jawaban mahasiswa yang menjawab bahwa dia berada pada posisi di antara innovator dan early adopter dikarenakan mudah bosan dengan nila yang ada.
http://file.upi.edu/
http://
Rogers, Everett M, 1995, Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree Press.